Thursday, April 26, 2012

Suatu Malam Saat Penat

Dingin, sepi, dan gelap, hanya rintik hujan di luar sana yang menemani raga, saat ini. Terdengar begitu serempak senada seperti tak ada dendam diantara mereka, begitu jelas, hingga aku pun tersadar betapa indah ciptaanNya tersebut yang terkadang dilewati keindahannya bahkan dicerca oleh segelintir insan. Sangat beruntung raga masih dapat merasakan detik-detik indahnya, saat ini, saat sepi dan gelap.

Sebuah pesan dari teman lama yang sangat kurindukan kehadirannya, terlihat kembali, dan sadarlaha aku. Bahagianya raga melihatnya telah mendapatkan kesempurnaan hidup yang didambakan setiap wanita. Terkadang ikhlas pun menjauh, semakin menjauh melihat kenyataan itu, karena rindu yang teramat sangat, begitu mendominasi dan menguasai. Namun pada akhirnya yang baiklah yang selalu menang dan memang itulah seharusnya hidup. Air mata pun tak sanggup terjatuh karena tertahan sang bahagia ketika melihatnya bersanding dengan imam terbaik dalam hidupnya. Bahagianya adalah bahagiaku, teman kecilku. Cukup dengannya dan bahagiaku..

Sebuah kecupan hangat dari luar sana selalu menemani malam ragaku, terima kasih lelakiku. Dan ketika raga tak sanggup lagi untuk berbagi, karena pelupuk mata yang memberat, seketika itu juga suara serempak senada seakan menjauh, dan akhirnya menghilang. Tinggallah dingin, sepi, dan gelap, saat ini sekaligus membelenggu rindu.

No comments:

Post a Comment