Dingin,
sepi, dan gelap, hanya rintik hujan di luar sana yang menemani raga,
saat ini. Terdengar begitu serempak senada seperti tak ada dendam
diantara mereka, begitu jelas, hingga aku pun tersadar betapa indah
ciptaanNya tersebut yang terkadang dilewati keindahannya bahkan dicerca
oleh segelintir insan. Sangat beruntung raga masih dapat merasakan
detik-detik indahnya, saat ini, saat sepi dan gelap.
Sebuah pesan dari teman lama yang sangat kurindukan kehadirannya,
terlihat kembali, dan sadarlaha aku. Bahagianya raga melihatnya telah
mendapatkan kesempurnaan hidup yang didambakan setiap wanita. Terkadang
ikhlas pun menjauh, semakin menjauh melihat kenyataan itu, karena rindu
yang teramat sangat, begitu mendominasi dan menguasai.
Namun pada akhirnya yang baiklah yang selalu menang dan memang itulah
seharusnya hidup. Air mata pun tak sanggup terjatuh karena tertahan sang
bahagia ketika melihatnya bersanding dengan imam terbaik dalam
hidupnya. Bahagianya adalah bahagiaku, teman kecilku. Cukup dengannya
dan bahagiaku..
Sebuah
kecupan hangat dari luar sana selalu menemani malam ragaku, terima kasih
lelakiku. Dan ketika raga tak sanggup lagi untuk berbagi, karena
pelupuk mata yang memberat, seketika itu juga suara serempak senada
seakan menjauh, dan akhirnya menghilang. Tinggallah dingin, sepi, dan
gelap, saat ini sekaligus membelenggu rindu.
No comments:
Post a Comment